Tekanan darah manusia bervariasi dalam 24
jam mengikuti irama sirkadian / biologis tubuh. Tekanan darah meningkat pada
siang hari namun menurun di malam harinya. Dan saat awal bangun pagi, tekanan darah akan
meningkat tiba-tiba. Oleh karena itu diperlukan pengukuran tekanan darah selama
24 jam, dan hal tersebut dapat dilakukan oleh alat ABPM (Ambulatory Blood Pressure Monitoring).
Berdasarkan
data dari Dublin Outcome study yang melibatkan 11.292 orang
menunjukkan bahwa pengukuran tekanan darah dengan ABPM lebih baik dalam
memprediksi kejadian kematian karena penyakit jantung dan pembuluh darah
dibandingkan dibandingkan pemeriksaan tekanan darah secara konvensional (tensimeter)
di klinik.
Penelitian
yang dilakukan oleh Staessen et al (1999) pada 808 pasien tua dengan isolated hipertensi
memperlihatkan jika pengukuran tekanan darah dengan ABPM dapat digunakan
sebagai prediktor komplikasi penyakit
jantung dan vaskuler dibandingkan secara konvensional.
Dengan
adanya ABPM, tekanan darah dapat diukur dengan interval regular selama 24 jam
sehingga dokter dapat mengetahui perubahan tekanan darah selama seharian. ABPM
juga digunakan untuk mengetahui pakah obat yang diberikan bisa mengontrol
tekanan darah selama seharian serta perlunya untuk mengganti obat atau hanya
meningkatkan dosis obat yang ada. Ada beberapa alasan, keuntungan dan indikasi
lain kenapa alat ini penting untuk digunakan:
- Untuk menyingkirkan kemungkinan white coat hipertensi (tekanan darah tinggi saat diperiksa di klinik tetapi normal saat diperiksa di rumah. Hal ini dapat diakibatkan karena respon sementara dari adrenegik misalnya rasa takut saat menunggu panggilan untuk diperiksa diklinik atau rasa cemas dan gelisah karena sudah mengantri lama) dimana belum dijumpai tanda end organ damage. Sehingga dokter dapat memberikan penatalaksaan yang sesuai untuk penderita ini.
- Untuk menilai penatalaksanaan / pengobatan hipertensi yang tekanan darahnya susah dikontrol walaupun telah menggunakan obat anti hipertensi yang optimal ( dengan ≥ 3 obat anti hipertensi).
- Pada pasien yang mengalami perburukan target organ walaupun kontrol tekanan darah telah adekuat pada pengukuran di klinik.
- Untuk menilai adekuat tidaknya kontrol ketat tekanan darah selama 24 jam pada pasien yang memiliki risiko tinggi kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah misal pada pasien paska stroke dan diabetes.
- Pada terapi awal untuk pasien usia tua dengan hipertensi.
- Pada pasien yang diduga sinkop atau hipotensi ortostatik.
- Pada pasien kehamilan dengan hipertensi.
Tiap
akan melakukan pengukuran tekanan darah, mesin APBM akan berbunyi dan yang kita
lakukan adalah jika memungkinkan duduk, relaks, tetap menjaga manset berada
dilengan setinggi jantung serta membiarkan tangan kita lemas. Jangan lupa untuk
membuat catatan aktivitas apa saja yang kita lakukan berserta waktunya, kapan
kita tidur, kapan bangun, dan kapan saat minum obat antihipertensi.
Setelah
24 jam pemakaian, alat ini dapat dilepas dan segera dikembalikan kepada dokter
pemeriksa untuk dilakukan analisa lebih lanjut hasil pengukuran yang telah
didapat.
Setelah
membaca artikel ini, setelah mengetahui betapa sederhananya pemakaian APBM dan
pentingnya pengukuran tekanan darah selama 24 jam serta jika anda termasuk
dalam golongan yang telah disebutkan diatas maka segeralah konsultasi dengan
dokter anda :
“Dokter
apakah saya perlu dilakukan pengukuran tekanan darah selama 24 jam dengan
APBM?”
“Kesehatan
adalah suatu anugerah yang tidak ternilai harganya, lakukanlah apa yang bisa
kamu lakukan untuk menjaganya karena kuantitas dan kualitas semua aktivitasmu
berawal dari sehat”
DAFTAR
PUSTAKA
- Blood Pressure Association, 2008, 24-hour ambulatory blood pressure monitoring (ABPM), (onlinehttp://www.bpassoc.org.uk/BloodPressureandyou/Medicaltests/24-hourtest, diakses tanggal 10 April 2012)
- Dolan et al, 2005, Superiority of ambulatory over clinic blood pressure measurement in predicting mortality: The Dublin outcome study. Hypertension; 46:156.
- Doloksaribu, Rismauli, 2008, Pola Tekanan Darah 24 Jam Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Sebab Nefropati Diabetik Yang Menjalani Hemodialisa Reguler, Tesis, Fakultas Kedokteran USU, Medan.
- McGrath, Barry P, 2002, Ambulatory Blood Pressure Monitoring Position Statement, The Medical Journal of Australia; 176: 588-592. (online,http://www.heartfoundation.org.au/SiteCollectionDocuments/Hypertension-guidelines -ambulartory-blood-pressure-monitoring-Position-statement.pdf, diakses tanggal 10 April 2012).
- Victor, Ronald G, 2012, Systemic Hypertension: Mechanisms and Diagnosis. In: Braunwald’s Heart Disease 9th editions (eds). Dalam Bonow (et al). Elsevier, Philadelphia, Hal 943-944.
0 komentar:
Post a Comment