Infark jaringan miokard menyebabkan gangguan sarkolema, sehingga
makromolekul intraseluler bocor ke interstitium jantung dan akhirnya masuk ke
dalam aliran darah (Gambar 1). Deteksi molekul -molekul tersebut di dalam
serum, terutama troponin yang spesifik untuk jantung dan isoenzim creatine
kinase MB (CK-MB), mempunyai peranan diagnostik dan prognostik yang penting.
Pada pasien dengan STEMI (ST Segment Elevation Myocardial Infarction) atau NSTEMI (ST Segment Elevation Myocardial
Infarction) marker tersebut naik di atas ambang batas.
Gambar 1. Evolusi dari biomarker pada infark miokard akut |
A. Troponin
Troponin adalah protein dalam sel otot yang mengontrol interaksi
antara myosin dan aktin yang terdiri dari tiga subunit: TnC, TnI, dan TnT.
Meskipun subunit ini ditemukan baik di otot rangka / skeletal dan otot jantung
namun bentuk troponin I (cTnI) dan troponin T (cTnT) di otot jantung secara
struktural unik dan sangat spesifik. Kadar Tropinon I dan Troponin T didalam
serum hampir tidak ada (negatif) pada orang sehat sehingga terdeteksinya atau
peningkatan yang sedikit saja dapat digunakan sebagai penanda yang sensitif dan
kuat dalam terjadinya kerusakan miosit. Sebagai catatan bahwa troponin jantung
dapat dideteksi dalam jumlah kecil dalam serum pada kondisi-kondisi lain yang
menyebabkan regangan atau inflamasi jantung akut (misalnya, eksaserbasi gagal jantung,
miokarditis, krisis hipertensi, atau emboli paru yang dapat menyebabkan regangan
ventrikel kanan).
Pada Infark miokard, kadar serum troponin mulai meningkat 3 - 4 jam setelah awal timbulnya gejala atau discomfort, puncaknya antara 18 dan 36 jam dan
kemudian menurun perlahan, yang dapat
terdeteksi hingga 10-14 hari pada infark miokard yang luas. Dengan
demikian, pengukuran troponin dapat membantu untuk mendeteksi infark miokard
selama hampir 2 minggu setelah peristiwa tersebut terjadi. Mengingat
sensitivitas dan spesifisitasnya yang tinggi, troponin jantung adalah biomarker
serum utama dalam mendeteksi nekrosis miokard.
B. Creatine
Kinase
Enzim Creatine kinase (CK) secara reversibel mentransfer gugus
fosfat dari creatine phosphate ke ADP utntuk memproduksi ATP. Kreatin kinase
ditemukan di jantung, otot rangka, otak, dan organ lainnya sehingga kadar serum
enzim tersebut dapat meningkat karena cedera pada salah satu jaringan tersebut.
Namun, tiga isoenzim CK dapat meningkatkan spesifisitas diagnostik
jika dilihat dari segi asalnya: CK-MM (terutama ditemukan di otot rangka), CK-BB
(terutama di otak), dan CK-MB (terutama terlokalisasi di jantung). Sebagai catatan CK-MB dapat ditemukan sedikit
dalam jaringan di luar jantung, termasuk rahim, prostat, usus, diafragma, dan
lidah. CK-MB juga membentuk 1-3 % dari creatine kinase dalam otot rangka
/skeletal. Dengan tidak adanya trauma pada organ-organ lain dan jaringan, maka
elevasi CK-MB lebih mengarah pada cedera miokard. Jika menggunakan CK-MB untuk diagnosis infark miokard umumnya dengan menghitung
rasio CK-MB terhadap CK total yang nilainya > 2,5%.
Kadar serum CK-MB mulai
naik 3-8 jam setelah infark, puncaknya
pada 24 jam, dan kembali normal
dalam waktu 48 sampai 72 jam (lihat Gambar.1). Urutan waktu ini penting peningkatan CK-MB karena cedera diluar jantung atau non-infark miokard (misalnya,
miokarditis) biasanya tidak menunjukkan pola seperti ini dimana mencapai puncak
lebih lama. Hal ini menunjukkan bahwa CK-MB tidak sensitif atau spesifik
untuk mendeteksi cedera miokard berbeda jika diukur dengan troponin.
Kadar troponin dan CK-MB baru mulai meningkat beberapa jam setelah
timbulnya infark miokard sehingga jika nilainya
normal pada pemeriksaan pertama (misalnya, di rumah sakit gawat darurat) maka belum
bisa menyingkirkan adanya infark miokard akut, dapat diulang 3-6 jam kemudian.
Referensi:
Lilly, et al. 2011. Acute Coronary Syndromes. In: Pathophysiology of Heart Disease : a Collaborative
Project of Medical Students and Faculty. 5th ed. 2011.
0 komentar:
Post a Comment