Sunday 11 August 2013

JAWABAN KUIS EKG: KASUS 3

Jawaban Kasus 3: (KLIK SOAL KASUS 3)

Sinus Tachycardia HR 157 bpm, probable severe hyperkalemia.

Terdapat gelombang P yang diikuti dengan QRS kompleks, paling jelas terlihat di lead V1 dan V2 maka didiagnosis dengan irama sinus tachycardia. Ada dua kemungkinan untuk morfologi dari QRS kompleks yang tidak biasa ini: (1) Infark miokard akut inferior-anterior ekstensif dengan ST Elevasi yang masif sehingga memberi gambaran QRS kompleks yang lebar, atau (2) akibat kelainan metabolik seperti hiperkalemia atau keracunan obat blok saluran natrium.

Pada kasus ini lebih mendukung untuk kemungkinan yang kedua, salah satunya karena adanya axis ke kanan. Selain hiperkalemia dan keracunan obat blok saluran natrium, kondisi yang dapat menghasilkan axis ke kanan adalah old MI lateral (jika terdapat gelombang gelombang Q yang dalam), LPFB, RVH, penyakit paru akut (misalnya emboli paru) atau kronis (misalnya emfisema), dan ektopik ventrikel. Absennya gelombang Q di lead lateral V5-V6 maka mengurangi kemungkinan akibat infark miokard. keracunan obat blok saluran natrium juga tidak mungkin mengingat tidak adanya gelombang S lebar pada semua lead lateral, sehingga hiperkalemia merupakan diagnosis yang paling memungkinkan.

Awalnya EKG pada pasien ini didiagnosis sebagai infark miokard akut yang luas, namun ternyata pasien terbukti ekgnya akibat dari hiperkalemia dengan kalium serum sebesar 8,7 mEq / L (normal 3,5-5,3 mEq / L) dan tidak ada evolusi pada EKG serialnya

gambaran ekg pada hiperkalemia
Gambaran EKG yang bisa didapatkan pada hiperkalemia
a   a. T meninggi dan lancip, R menjadi pendek
     b. PR interval memanjang
c. QRS melebar dan bersatu dengan T
d. P merendah dan hilang
e. Aritmia termasuk bradikardia, ventrikular takikardia atau ventrikular fibrilasi
f. Sinus arrest atau sinoventricular rhythm

Gambaran ekg pada hiperkalemia

perbedaan ecg hiperkalemia dan miokard infark akut

Contoh lain EKG pada pasien dengan hiperkalemia (kalium 9.4 mEq / L)
ekg hiperkalemia



Monday 5 August 2013

KUIS EKG: KASUS 3

Laki-laki usia 76 tahun datang dengan keluhan lemas, nyeri perut, mual, muntah dan terdapat tanda-tanda dehidrasi

KUIS EKG: KASUS 3


















Jawaban bisa dilihat dengan KLIK disini, terimakasih.



Wednesday 19 June 2013

JAWABAN KUIS EKG: KASUS 2

Jawaban Kasus 2: (KLIK SOAL KASUS 2)

SR rate 93 with LBBB, ST-segment abnormality consistent with extensive anteror acute myocardial infarction

Pada tahun 1996, Sgarbossa menerbitkan kriteria untuk memprediksi tentang kemungkinan pasien dengan LBBB menderita infark miokard akut. Dia menyatakan bahwa infark miokard akut harus dipertimbangkan dengan adanya LBBB ketika salah satu dari berikut berlaku: (1) segmen ST elevasi ≥ 1 mm sesuai/concordant (dalam arah yang sama) dengan komplek QRS, (2) segmen ST depresi ≥ 1 mm di lead V1, V2, V3 atau (yaitu sesuai/concordant segmen ST depresi di lead-lead tersebut), atau (3) ST-segmen elevasi ≥ 5 mm berlawanan (discordant) dengan komplek QRS. Meskipun sensitivitas dari setiap temuan ini rendah, namun spesifisitas (kemungkinan untuk infark miokard akut) sangat tinggi. Dan adanya salah satu "Kriteria Sgarbossa" sekarang dapat dianggap pembenaran yang masuk akal untuk pemberian fibrinolitik langsung atau PCI pada pasien dengan LBBB dan gejala angina (adanya bukti kehadiran LBBB yang baru juga cukup untuk memulai terapi tersebut).

Dalam kasus ini memenuhi kriteria Sgarbossa dimana , ST segmen elevasi concordant ≥ 1 mm pada lead lateral I, aVL, V5, dan V6. Dan ST segmen elevasi discordant > 5 mm di lead V1-V4.

Gambar pembahasan kasus 2. LBBB dengan MI lateral yang akut
KUIS EKG kasus 2

a) Perkembangan infark miokard akut dinding lateral dengan LBBB pada pasien ini. Perhatikan perkembangan ST segmen elevasi yang concordant/searah di lead lateral.
b) “normal," ST / T kompleks di sadapan lateral dengan pola LBBB. Perhatikan bahwa ST-segmen dan Gelombang T  berlawanan arah dengan kompleks QRS. 



Saturday 15 June 2013

KUIS EKG: KASUS 2

Kasus 2. Laki-laki  usia 42 tahun dengan keluhan nyeri dada, keluar keringat dingin, dan mual-muntah
Kasus EKG: kasus 2

Jawaban bisa dilihat dengan KLIK disini, terimakasih.



Tuesday 11 June 2013

JAWABAN KUIS EKG: KASUS 1

Jawaban Kasus 1: (KLIK SOAL KASUS 1)

Sinus Tachicardia with second degree AV block type II (Mobitz II), ventricular rate 57 bpm, occasional PVCs, left ventricular hypertrophy, anterior ischemia.

Sinus takikardia didiagnosis berdasarkan gelombang P yang positif di lead ekstrimitas kecuali aVR dengan rate atrial > 100/menit.

Respon ventrikel 57x/menit dengan Blok AV derajat II. Mayoritas ritme menunjukkan blok AV derajat II dengan konduksi 2:1 (2 gelombang P untuk setiap 1 kompleks QRS) dan pada pertengahan bagian dari EKG menunjukkan satu bagian dengan konduksi 3:2. PR interval pada ekg ini tetap konstan sehingga mengkonfirmasi adanya blok AV derajat II tipe Mobitz II.

Kompleks QRS kedua pada EKG dengan bentuk yang bizarre (aneh) adalah PVC.

LVH yang didiagnosis berdasarkan gelombang R di aVL> 11 mm (Indeks Sokolow-Lyon) atau S V3 + R aVL > 20 mm (Kriteria Voltase Cornell).


Iskemia anterior ditandai dengan adanya T inverted di lead V1-V6.



Sunday 9 June 2013

KUIS EKG: KASUS 1

Kasus 1. Wanita 76 tahun dengan riwayat sinkop berulang

KUIS EKG. Kasus 1. Wanita 76 tahun dengan riwayat sinkop berulang

Jawaban bisa dilihat dengan KLIK disini, terimakasih.



Saturday 8 June 2013

DOPAMIN

Dopamin (DA) merupakan prekursor nor-adrenalin dan meningkatkan pelepasan nor-adrenalin. Obat ini memberi efek pada sistem kardiovaskuler karena dapat berinteraksi dengan reseptor DA. Pada dosis besar dopamin dapat merangsang adrenoreseptor beta dan dosis yg lebih besar lagi merangsang adrenoreseptor alfa.
dopamine
Farmakodinamik:
Dopamin dosis kecil (2,5-5 mcg/KgBB/mnt) merangsang reseptor DA dipembuluh darah ginjal, mesenterium dan a. Koroner yang menyebabkan vasodilatasi. Akibatnya selain terjadi diuresis dan natriuresis, aliran darah di organ-organ tersebut juga meningkat.
Dopamin dosis sedang (5-10 mcg/KgBB/mnt) merangsang adrenoreseptor beta dijantung sehingga meningkatkan kontraktilitas miokard dan laju jantung, efek inotropik dopamin relatif lebih besar dibandingkan efek kronotropiknya. Dengan demikian obat ini menyebabkan kebutuhan O2  miokard yang sedikit meningkatkan Tekanan Darah (TD) sistolik tanpa banyak mempengaruhi TD diastolik.
Sifat-sifat dari dopamin dosis rendah membuatnya menjadi pilihan utama pada syok kardiogenik yang disebabkan infark miokard.
Dopamin dosis tinggi (> 10mcg/KgBB/mnt) merangsang adrenoreseptor alfa 1 di pembuluh darah menyebabkan vasokonstriksi di hampir semua pembuluh darah termasuk arteri renalis dan mesenterik, juga meningkatkan kontraktilitas miokard karena terjadi peningkatan pelepasan noradrenalin.

Indikasi dan Patofisiologi
Syok kardiogenik: indikasi utama dopamin adalah syok kardiogenik akibat infark miokard akut. Dosis rendah dopamin (2,5-5mcg mcg/KgBB/mnt) meningkatkan diuresis, menurunkan preload sehingga perfusi jantung membaik. Biasanya pada dosis ini sudah terjadi peningkatan TD. Apabila tidak ada respon dosis dapat ditingkatkan sampai 5mcg/KgBB/mnt. Apabila masih tidak ada respon sebaiknya dikombinasi dengan dobutamin, karena penambahan dosis selain meningkatkan laju jantung, juga menimbulkan vasokonstriksi yang sangat merugikan pasien infark miokard. Sebelum pemberian dopamin selalu harus periksa bahwa pasien tidak ada keadaan hipovolume.

Kontraindikasi dan efek samping: doapamin kontraindikasi pada pasien yang sedang menggunakan MAO-inhibitor. Efek samping yang timbul adalah over aktivasi saraf simpatis seperti nausea, takikardia, sakit kepala dan muntah.

Kemasan 1 ampul = 5ml = 200mg = 200.000mcg
Oplosan: Nacl 0,9% atau Dext 5%
Rumus =
Dosis x KgBB x 60 mnt
= .... ml/jam  = ....tpm mikrodrip
Pengenceran (mcg/ml)

Keterangan tpm = tetes per menit. 1 cc = 60 tpm mikrodrip infus
Cara perhitungan dosis: contoh dosis 5mcg/KgBB/mnt, dengan berat badan 50 Kg dan pengenceran 200 mg (1 ampul) diencerkan dengan NaCl 0,9%  menjadi 50ml, Maka:

5mcg x 50 Kg x 60 mnt    
=
15.000  
=  3,75 ml/jam ~ 4 tpm mikrodrip
200.000 mcg / 50 ml
4000





Tabel dosis dobutamin per KgBB dengan pengenceran 200mg (1ampul) dengan NaCl 0,9%  menjadi 50ml (syrenge pump)
Dosis
(mcg/KgBB/mnt)
Kecepatan aliran
ml/jam
2
1,2
1,4
1,5
1,7
1,8
2
2,1
2,3
3
1,8
2
2,3
2,5
2,7
2,9
3,2
2,3
4
2,4
2,7
3
3,3
3,6
3,9
4,2
3,4
5
3
3,4
3,8
4,1
4,5
4,9
5,3
4,5
6
3,6
4,1
4,5
5
5,4
5,9
6,3
5,6
7
4,2
4,7
5,3
5,8
6,3
6,8
7,4
6,8
8
4,8
5,4
6
6,6
7,2
7,8
8,4
7,9
9
5,4
6,1
6,8
7,4
8,1
8,8
9,5
9
10
6
6,8
7,5
8,3
9
9,8
10,5
10,1
11
6,6
7,4
8,3
9,1
9,9
10,7
11,6
11,3
12
7,2
8,1
9
9,9
10,8
11,7
12,6
12,4
13
7,8
8,8
9,8
10,7
11,7
12,7
13,7
13,5
14
8,4
9,5
10,5
11,6
12,6
13,7
14,7
14,6
15
9
10,1
11,3
12,4
13,5
14,6
15,8
15,8
16
9,6
10,8
12
13,2
14,4
15,6
16,8
16,9
17
10,2
11,5
12,8
14
15,3
16,6
17,9
18
18
10,8
12,2
13,5
14,9
16,2
17,6
18,9
19,1
19
11,4
12,8
14,3
15,7
17,1
18,5
20
20,3
20
12
13,5
15
16,5
18
19,5
21
21,4
Berat Badan (Kg)
40
45
50
55
60
65
70
75


dopamin

Referensi:

  1. Kabo, Peter. 2010. Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskular Rasional. Jakarta. Balai Penerbit FKUI
  2. Opie, L. Drugs for the Heart 7th Edition. 2011. Elvisier