Definisi hipertensi pada kehamilan berdasarkan nilai tekanan darah
absolut (sistolik ≥ 140 atau diastolik ≥ 90 mmHg) dan dibedakan antara kenaikan
tekanan darah ringan (140-159/90-109 mmHg) atau berat (≥160/110mmHg).
Hipertensi pada kehamilan bukanlah kondisi tunggal tapi meliputi:
· Hipertensi
yang telah ada sebelumnya (hipertensi kronis); apakah sebelum hamil atau terjadi
sebelum 20 minggu kehamilan. Biasanya menetap lebih dari 42 hari setelah
melahirkan. Apabila terdapat hipertensi yang tidak terdiagnosa sebelum
kehamilan biasanya tekanan darahnya normal pada awal kehamilan karena pada
trimester pertama tekanan darah secara fisiologis menurun sehingga dapat menutupi hipertensi jenis ini dan jika
tekanan darahnya terukur meningkat pada saat usia kehamilan > 20 minggu maka
sering diinterpretasikan sebagai hipertensi gestasional.
· Hipertensi
gestasional: terjadi setelah 20 minggu gestasi dan sebagian besar kasus
berakhir dalam 42 hari setelah melahirkan
Ø
Pre-eklampsia:
hipertensi gestasional disertai proteinuria ≥ 0,3 g/24 jam atau creatinine
urine ≥ 30 mg/mmol sampel urine acak. Edema tidak lagi menjadi bagian kriteria
diagnostik karena edema terjadi pada 60 % kehamilan normal. Pre-eklampsia terjadi
lebih sering pada kehamilan pertama, kehamilan multipel, mola hidatidosa atau
penderita diabetes mellitus. Pre-eklampsia sering berhubungan dengan
insufisiensi plasenta, menyebabkan gangguan pertumbuhan janin sertap penyebab
utama terjadinya prematuritas, 25% pada semua neonatus dengan berat bayi lahir
sangat (kurang dari 1500 gram)
Tanda dan gejala pre-eklampsia berat :
a. Nyeri kuadaran kanan atas/epigastic karena
edema hati ± hepatic haemorrhage
b.
Nyeri kepala ± gangguan penglihatan (edema
serebral)
c.
Kebutaan lobus occipital
d.
Hiperrefleksia ± klonus
e. Sindroma HELLP: haemolisis, peningkatan enzim hati dan trombositopenia
Apabila pre-eklampsia diserta kejang
atau koma maka disebut eklampsia. Proteinuria bisa merupakan manifestasi akhir
dari pre-eklampsia, sebaiknya kita menduga jika terdapat hipertensi pertama
kali yang disertai dengan nyeri kepala, gangguan pengelihatan, nyeri abdominal
atau pemeriksaan laboratorium yang abnormal terutama trombositopenia dan enzim
hati yang tidak abnormal. Direkomendasikan untuk ditangani sebagai pasien
dengan pre-eklampsia.
· Hipertensi yang sebelumnya telah ada bersamaan
dengan hipertensi gestasional dengan proteinuria atau hipertensi kronis dengan
superimposed pre-eklampsia; ketika hipertensi kronis dengan perburukan
hipertensinya disertai proteinuria ≥ 0,3 g/24 jam yang terjadi setelah 20
minggu gestasi.
·
Hipertensi antenatal yang belum dapat
diklasifikasikan
Penatalaksanaan
hipertensi kehamilan
Tergantung dari tekanan darah, umur kehamilan dan ada atau
tidaknya faktor resiko maternal dan fetal yang terkait. Sebagian besar wanita
dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya, saat hamil mempunyai hipertensi
ringan sampai sedang (140-160/90-109 mmHg) dan beresiko rendah terjadinya
komplikasi kardiovaskuler dalam suatu
periode singkat semasa hamil. Wanita dengan hipertensi esensial dan fungsi ginjal yang normal merupakan
kandidat terapi non-farmakologis karena tidak ada bukti bahwa dengan pemberian
obat membawa hasil lebih baik untuk neonatus.
Penatalaksanaan
Non-farmakologis dan pencegahan
hipertensi pada kehamilan
hipertensi pada kehamilan
Termasuk pengawasan ketat, pembatasan aktivitas dan istirahat
dengan posisi miring ke kiri. Penanganan ini harus dipertimbangkan untuk pasien
dengan tekanan darah sistolik 140-150 mmHg dan atau diastolik 90-99mmHg. Dianjurkan
diet normal tanpa disertai restriksi/pembatasan garam terutama jika mendekati
saat melahirkan karena dapat menyebabkan penurunan volume intravaskular. Pemberian
suplemen kalsium minimal 1 g per hari selama kehamilan, hampir setengah pasien
pre-eklampsia tidak menimbulkan bahaya apapun. Efeknya terbesar terjadi pada
wanita beresiko tinggi. Namun bagaimanapun juga penambahan kalsium untuk
mencegah hipertensi adalah bertentangan. Suplemen minyak ikan, vitamin dan gizi tidak mempunyai peran dalam
pencegahan hipertensi.
Pengurangan berat badan tidak dianjurkan selama kehamilan pada wanita obesitas, karena dapat menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan pertumbuhan janin. Namun, ibu dengan obesitas dapat mengakibatkan dampak buruk baik bagi ibu sendiri maupun janinnya. Pedoman untuk rentang berat badan sehat pada kehamilan telah dibentuk dimana pada wanita hamil dengan indeks massa tubuh yang normal (BMI, 25 kg/m2) maka penambahan berat badan yang dianjurkan adalah 11,2-15,9 kg, sedangkan untuk ibu hamil dengan kelebihan berat badan (BMI 25,0-29,9 kg/m2) peningkatannya adalah 6,8-11,2 kg, dan untuk ibu hamil yang obesitas (BMI ≥ 30 kg/m2) peningkatan berat badan yang dianjurkan adalah 6,8 kg.
Pengurangan berat badan tidak dianjurkan selama kehamilan pada wanita obesitas, karena dapat menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan pertumbuhan janin. Namun, ibu dengan obesitas dapat mengakibatkan dampak buruk baik bagi ibu sendiri maupun janinnya. Pedoman untuk rentang berat badan sehat pada kehamilan telah dibentuk dimana pada wanita hamil dengan indeks massa tubuh yang normal (BMI, 25 kg/m2) maka penambahan berat badan yang dianjurkan adalah 11,2-15,9 kg, sedangkan untuk ibu hamil dengan kelebihan berat badan (BMI 25,0-29,9 kg/m2) peningkatannya adalah 6,8-11,2 kg, dan untuk ibu hamil yang obesitas (BMI ≥ 30 kg/m2) peningkatan berat badan yang dianjurkan adalah 6,8 kg.
Penatalaksanaan
Farmakologis dan pencegahan
hipertensi pada kehamilan
hipertensi pada kehamilan
Walaupun terdapat konsensus bahwa penggunaan obat untuk hipertensi
berat pada kehamilan memberikan manfaat, namun pengobatan untuk kondisi
hipertensi ringan masih merupakan kontroversi karena dapat mengganggu perfusi
uteroplasenta dan membahayakan perkembangan janin meskipun mungkin berguna bagi
ibunya yang dapat menurunkan tekanan darahnya. Obat pilihan pertama untuk
hipertensi pada kehamilan adalah alfa metildopa. Labetolol juga memberikan
efektivitas sebanding dengan metildopa dan dapat diberikan secara iv pada
kondisi berat. Pemberian metoprolol juga direkomendasikan.
Calcium Channel blocker seperti nifedipin (oral) atau isradipine adalah obat pilihan kedua untuk terapi hipertensi. Obat-obatan golongan diatas dapat digunakan pada hipertensi emergensi atau hipertensi akibat pre-eklampsia. Potensi sinergis dengan magnesium sulfat dapat menginduksi hipertensi maternal dan hipoksia janin. Uradipil dapat juga digunakan untuk hipertensi emergensi. Magnesium sulfat iv merupakan obat yang dipilih untuk mengatasi kejang dan mencegah eklamspsia. Penggunaan diuretik harus dihindari karena menurunkan aliran darah ke plasenta dan tidak direkomendasikan untuk diberikan pada kasus pre-eklampsia. Penggunaan ACE inhibitor, ARB dan inhibitor renin langsung merupakan kontraindikasi saat kehamilan karena bersifat toksik terhadap fetus terutama pada trimester kedua dan ketiga. Jika tidak sengaja meminumnya pada saat trimester pertama maka ganti dengan obat yang lain dan dianjurkan monitoring ketat termasuk dengan usg janin.
Calcium Channel blocker seperti nifedipin (oral) atau isradipine adalah obat pilihan kedua untuk terapi hipertensi. Obat-obatan golongan diatas dapat digunakan pada hipertensi emergensi atau hipertensi akibat pre-eklampsia. Potensi sinergis dengan magnesium sulfat dapat menginduksi hipertensi maternal dan hipoksia janin. Uradipil dapat juga digunakan untuk hipertensi emergensi. Magnesium sulfat iv merupakan obat yang dipilih untuk mengatasi kejang dan mencegah eklamspsia. Penggunaan diuretik harus dihindari karena menurunkan aliran darah ke plasenta dan tidak direkomendasikan untuk diberikan pada kasus pre-eklampsia. Penggunaan ACE inhibitor, ARB dan inhibitor renin langsung merupakan kontraindikasi saat kehamilan karena bersifat toksik terhadap fetus terutama pada trimester kedua dan ketiga. Jika tidak sengaja meminumnya pada saat trimester pertama maka ganti dengan obat yang lain dan dianjurkan monitoring ketat termasuk dengan usg janin.
Tekanan darah sistole ≥ 170mmHg atau diastole ≥ 110mmHg pada
wanita hamil merupakan keadaan emergensi dan indikasi untuk rawat inap.
Penatalaksanaan farmakologis dapat dengan labetolol iv atau methyldopa oral
atau nifedipine. Hydralazine iv tidak lagi digunakan karena efek samping perinatal
yang lebih besar dibandingkan obat yang lain. Pilihan utama untuk krisis
hipertensi adalah infus sodium nitroprusside 0.25–5.0 µg/kg/min. Pemberian
sodium nitroprusside jangka panjang berhubungan dengan peningkatan terjadinya
keracunan cyanide pada janin akibat nitroprusside yang dimetabolisme menjadi
thiocyanate. Pilihan utama untuk pasien pre-eklampsia dengan edema paru adalah
infus nitrogliserin (glyceryl trinitrate) 5 µg/min dan ditingkatkan bertahap
tiap 3-5 menit sampai dosis maksimum 100µg/min
Persalinan
Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi
buruk seperti gangguan pengelihatan, abnormalitas koagulasi atau distres janin.
Menyusui
Pada ibu menyusui, proses laktasi tidak meningkatkan tekanan
darah. Semua obat antihipertensi diekskresikan melalui air susu ibu dengan
konsentrasi sangat rendah kecuali propanolol dan nifedipin.
Prognosis
setelah kehamilan
Tekanan darah biasanya meningkat selama 5 hari pertama masa nifas,
hipertensi postpartum sering dijumpai. Hindari penggunaan metildopa karena
resiko depresi postpartum.
Wanita yang mengalami hipertensi pada kehamilan pertama dengan
onset yang lebih cepat akan meningkatkan rekurensi terjadinya hipertensi pada kehamilan
berikutnya.
Wanita dengan hipertensi gestasional dan pre-eklampsia pada
umumnya meningkatkan resiko terjadinya hipertensi, stroke dan penyakit jantung
koroner pada masa tuanya. Pada pasien dengan pre-eklampsia, resiko relatif
berkembang menjadi penyakit jantung koroner adalah 2x lipat dan hipertensi
hampir 4x lipat lebih besar jika dibandingkan pada wanita hamil yang normal. Modifikasi
gaya hidup merupakan indikasi primer untuk menurunkan resiko kardiovaskuler
dikemudian hari. Direkomendasikan kontrol teratur ke dokter untuk pemeriksaan
tekanan darah dan faktor metabolik tiap tahun.
Rekomendasi
Penatalaksanaan Hipertensi
|
||
Rekomendasi
|
Kelas
|
level
|
Direkomendasikan dilakukan penatalaksanaan non-farmakologis bagi
wanita hamil yang memiliki SBP 140-150mmHg atau DBP 90-99mmHg
|
I
|
C
|
Pada wanita dengan hipertensi gestasional atau hipertensi yang
telah ada dan ditambah dengan hipertensi gestasional (hipertensi kronis
dengan superimposed hipertensi gestasional) atau dengan hipertensi dan
kerusakan organ subklinis atau gejala dalam masa kehamilan, inisiasi
pemberian obat direkomendasikan pada TD 140/90mmHg. Dalam keadaan lainnya,
inisiasi pengobatan pada SBP ≥150mmHg atau DBP ≥95mmHg
|
I
|
C
|
SBP ≥170mmHg atau DBP ≥110mmHg pada wanita hamil merupakan
kondisi emergensi dan direkomendasikan untuk rawat inap di rumah sakit
|
I
|
C
|
Penginduksian persalinan direkomendasikan bagi wanita yang
mengalami hipertensi gestasional dengan proteinuria dengan gangguan
pengelihatan atau abnormalitas koagulasi atau gawat janin
|
I
|
C
|
Pada pre-eklampsia dengan edema paru direkomendasikan pemberian
infus nitrogliserin
|
I
|
C
|
Pada hipertensi berat, direkomendasikan pemberian obat dengan
labetolol iv atau metildopa oral atau nifedipin
|
I
|
C
|
Wanita dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya perlu
dipertimbangkan untuk meneruskan pengobatannya kecuali untuk ACE inhibitor,
ARB dan renin inhibitor langsung dengan pemantauan tekanan darah secara ketat
|
IIa
|
C
|
SBP:
systolic blood pressure; DBP: diastolic blood pressure
Referensi:
- Vera Regitz-Zagrosek, et al. 2011. ESC Guidelines on the Management of Cardiovascular Diseases during Pregnancy. European Heart Journal doi:10.1093/eurheartj/ehr218
0 komentar:
Post a Comment